pejalan gelap mengintip 4 cahaya suram
Di puncak, Kurt memandang dunia yang ia kira indah. Namun, angin membawa bisikan: "Kebenaran itu fana, wahai Kurt. Ia hidup di bayang-bayang bayanganmu." Dan ia jatuh, bukan oleh kelelahan, tapi oleh rasa cukup yang menggerogoti jiwanya.
Layne menghitung koin terakhirnya. Dunia baginya adalah pasar gelap, tempat segalanya bisa dibeli, kecuali satu hal: rasa cukup. Dan tubuhnya pun berbicara lebih keras dari kata-katanya, melemah hingga ia tak mampu lagi menatap cermin.
Chris berjalan di lorong panjang. Waktu berputar di sekitarnya seperti ombak, tapi ia tak peduli pada uang atau kemewahan. Ia gelisah, tak pernah benar-benar selesai. "Kenapa aku selalu takut pada bayanganku sendiri?" tanyanya pada kekosongan.
Eddie berdiri di tepi laut. Ombak gelap bergulung di bawah kakinya. "Aku hampir tenggelam," katanya. "Tapi aku memilih berenang, bukan untuk melawan, tapi untuk hidup bersama arus." Ia memahami bahwa gelap bukan akhir, tapi bagian dari perjalanan.
Dan Aku, si pengelana, merangkak di atas duri, menertawakan luka agar mereka percaya aku utuh. Aku melihat bayangan mereka sebagai pelajaran, setiap retakan dalam hidup mereka adalah cermin bagi jalanku. “Namun, bukankah air mata adalah hujan yang menghidupkan?” tanyaku. Dalam tangis dan tawa yang sama, aku melangkah pulang ke pelukan bunda. Di sana, tanah kelahiran membisikkan kebenaran yang tak tergoyahkan, dan aku berdamai dengan segalanya.
Pomalaa, 20241225
duiCOsta_hatihati
sebuah prosa yang senada
Comments
Post a Comment