empat bayangan dan satu aku
Di sebuah lembah waktu, lima sosok duduk dalam lingkaran. Kurt memetik gitar, Layne menimbang emas, Chris menulis dengan tangan gemetar, Eddie mengalunkan lagu lembut tentang badai, dan Aku hanya menatap mereka.
Kurt berkata, "Aku menemukan kebenaran di puncak, tapi ia membunuhku."
Layne menyela, "Aku membeli semua yang kuinginkan, tapi aku mati dalam kehampaan."
Chris bergumam, "Aku tidak peduli pada uang, tapi gelisah menggerogoti pikiranku hingga tak ada sisa damai."
Eddie tersenyum kecil, "Aku berenang bersama gelombang, aku terluka, tapi aku belajar menerima."
Dan Aku, si pembawa luka yang disembunyikan, menjawab:
"Aku merangkak di atas duri, menertawakan luka agar mereka percaya aku utuh. Namun, bukankah air mata adalah hujan yang menghidupkan?"
Kurt memandangku, tersenyum pahit, seolah mengerti. Layne menatap cermin imajiner di tangannya, seolah mencariku di dalam pantulan itu.
Aku, si peramu tawa dari kepedihan, melanjutkan:
"Dalam tangis yang sama dengan tawa, aku terus berjalan. Setiap langkahku adalah kesadaran bahwa kebahagiaan bukanlah tanpa luka, tetapi menerima bahwa luka adalah bagian dari rumahku."
Chris menghela napas, tangan yang gemetar berhenti sejenak. Eddie memandangku, dan dengan lembut berkata, "Mungkin engkau adalah nyanyian yang tak pernah selesai."
Dan Aku, si pemikul rindu pada rumah, berkata:
"Aku melangkah ke pelukan bunda, karena tanah kelahiran adalah satu-satunya kebenaran yang tak tergoyahkan. Dalam pelukan itu, hujan menjadi doa, senyumnya menyembuhkan segala luka, dan aku, dalam segala kejatuhanku, menemukan alasan untuk terus bangkit."
Mereka terdiam, lalu perlahan menghilang seperti embun yang tersapu sinar mentari. Dan Aku, si penyintas gelap yang menemukan cahaya, melangkah pulang, membawa pelajaran mereka sebagai lentera.
Pomalaa, 20241225
duiCOsta_hatihati
di sebuah Hikayat khayal
Comments
Post a Comment