menghunus langit
Hari-hari terbelah,
seperti bilah tajam menusuk jejak.
Langit tak pernah lunak,
namun tapak tetap mengeja luka.
Ada hujan,
tapi ia tak memberi teduh.
Ada malam,
namun gelapnya tak menutup jerih.
ada angin,
membawa angan ruang gerah,
bagi kaum kita, perjalanan cadas,
menyimpan debu dalam genggam.
Tiap sekam napas berat,
adalah dendam pada kalah.
Dan meski jasad runtuh,
mata tetap ngeyel,
memahat cakrawala.
sadar kemenangan bukan warisan,
ia lahir dari gelegak api,
yang tak pernah tahu kata menyerah.
tapi pasrah..
Surabaya, 20241220
duiCOsta_hatihati
Comments
Post a Comment