raja badut istana

Ketika seorang badut melangkah ke istana,
Langkahnya ringan, penuh warna, ceria.
Namun mahkota bukan untuk kepala,
Ia tetap badut, dengan tawa yang sama.

Bukan sang badut yang berubah rupa,
Namun istana, megah dalam kilaunya.
Dinding-dinding yang dulu anggun berdiri,
Kini bergema riuh, sorak dan tari.

Para raja menjadi penonton,
Melupa tugas dalam euforia tontonan.
Kursi singgasana berubah arena,
Di mana kebenaran tertutup debu senda.
Sang badut tak bersalah, ia hanya bermain,
Namun permainan mengaburkan batas yang lain.
Hormat dan kuasa tak lagi seimbang,
Sirkus menelan istana yang lapang.

Wahai istana, pulihkan dirimu,
Kenali kembali siapa yang layak di situ.
Sebab badut, meski membawa tawa,
Takkan mengisi singgasana dengan bijaksana.

Pomalaa, 20241224
duiCOsta_hatihati 

Comments

Popular Posts