lukisan senja di kanvas kelabu

Faktanya,
orang yang tulus itu bukan bagian dari keramaian. Ia hadir seperti angin, membawa kesejukan tanpa menuntut balasan. Saat kerumunan sudah berdiri tegap, saling berbagi cerita dan tawa, ia akan pergi perlahan. Bukan karena ia tidak peduli, tetapi karena ia tahu, tugasnya selesai di sana. Tulusnya adalah senyap; seperti akar yang mengokohkan pohon, meski tidak terlihat.

Nyatanya,
orang yang gemar menolong sering kali menyembunyikan lukanya sendiri. Ia duduk di sudut, tertawa ringan dengan candaan yang terdengar riang, padahal dalam hatinya ada badai yang ia redam sendiri. Saat ia membutuhkan uluran tangan, ia lebih memilih diam. Mungkin karena ia tahu, tidak semua orang memahami bahasa sunyi. Atau mungkin ia takut, luka itu hanya menjadi beban bagi mereka yang ia bantu.

"Kenapa kamu nggak pernah cerita kalau kamu butuh bantuan?" seseorang pernah bertanya.
Ia hanya tersenyum samar. "Karena aku tahu rasanya meminta, rasanya berharap. Itu bukan hal yang mudah. Lagipula, aku baik-baik saja," jawabnya sambil menunduk, menyembunyikan bayang luka di matanya.

"Tapi nggak apa-apa kan, kadang kita lelah?" suara itu mencoba menembus dinding sunyi.
Ia mengangkat wajahnya. "Lelah itu bagian dari perjalanan, bukan? Kalau aku berhenti karena lelah, siapa yang akan berjalan untuk mereka?"
Ironisnya,
orang-orang seperti ini jarang terlihat menangis di depan umum. Mereka pandai menyembunyikan air mata di balik senyum. Dalam diamnya, mereka melukis dunia orang lain dengan warna-warna cerah, sambil menyimpan kelabu di sudut langit miliknya. Mengeja warna warni meriah di kanvas kelabu kusam tak terawat. kamu tauMereka tetap baik-baik saja, meskipun rapuh.

Namun, di malam-malam sepi, ia mungkin berbicara dengan dirinya sendiri.
"Semua baik-baik saja, kan?" tanyanya pada pantulan di cermin.
Dan pantulan itu hanya diam, memberikan jawaban lewat tatapan kosong.

Namun, bukankah itu keindahan dari hati yang tulus?
Ia memberi tanpa meminta, membantu tanpa berharap. Dan meski kesendiriannya menjadi bayang-bayang, ia tetap memilih jalan itu. Sebab baginya, kebahagiaan sejati adalah melihat orang lain berdiri lebih tegap daripada dirinya.

Pomalaa, 20250103
duiCOsta_hatihati sebuah 

Comments

Popular Posts