raja, maha patih palsu

"Berbahagialah raja yang maha-patihnya adalah akal yang jernih, bukan nafsu yang licik menyamar sebagai penasehat."

Kita semua adalah raja bagi diri sendiri.
Tapi siapa patih kita?
sebagian juga menjadi raja bagi orang lain, disini, disana dan dimanapun.

Apakah kita meraja, mengayomi, memimpin, dan memerintah dengan akal sejati, yang berpandangan jauh, bijak, dan tunduk kepada Yang Maha Luhur? Atau kita membiarkan nafsu menjadi penasehat licik, yang memelintir segala logika, dan menyamar sebagai “niat baik” dalam balutan kepalsuan?

bisa jadi, kemungkinan besar, itu yang terjadi..
bahkan, di puluhan keraton dan kerajaan yang aku singgahi begitu. dari pulau ke pulau, kota ke kota bahkan hati ke hati.. aku seringkali lupa, dimana topengku tak aku bawa serta. padahal aku sadar betul, kepeegian dan singgah di panggung drama, para raja bermahkotakan kepentingan, kepentingan maha patih nafsu mereka sendiri.

tapi, bisa jadi
bisa jadi kalimatku, tulisanku dan bacaanku di atas akan dan selalu dibaca sebagai kerangka racun. memecah belah, dan membahayakan. padahal aku sedang memcah kepentingan masing-masing raja yang tak pernah kuasa.

dan bisa jadi mereka membacaku lebih dari itu. Alih-alih mengakui, raja menggiring pasukan untuk mendukung dan berlindung.

bisa jadi itu adalah cermin yang memantul dari kotor hatiku
begitulah aku di tuduh
dan begitulah aku mengakui...

gung liwang-liwung awang uwung
tanpa tedheng aling-aling...

senyum raja,
seringai patih,
titah madu,
keraton putih,
singgasana gelap...
jelata tertatih,
sengsara mengais tipu,
apakah kau masih manusia?
atau sudah merasa tuhan yang maha,
maha sekarepe dewe?

Pomalaa, 20250622
duiCOsta_hatihati 

Comments

Popular Posts