kopiku, rindu literal

Di gelas retak aku teguk pahit,
hitam pekat tanpa gula, tanpa ampas,
seperti laut di kala malam
menyembunyikan rahasia pada gelombang sunyi.

Kopi ini bukan minuman,
melainkan bahasa
yang mengalir dari palung terdalam
tempat hati menggema tanpa suara.

Laut tidak pernah manis—
ia asin karena luka yang terus diseduh
oleh badai dan waktu yang tak pernah menua.
Begitu pula hidup:
tak semua getir perlu dilunakkan.

Ampas telah disaring,
seperti kenangan yang tertinggal di dasar perahu,
aku hanya meneguk makna
bukan sisa.
Pahitnya kopi ini adalah jujur,
seperti ombak yang tak pernah menjanjikan pulang,
namun selalu membawa seseorang
menuju keberanian.

Di zona literal laut
tempat kata dan kenyataan berciuman
aku menulis dengan cairan kopi,
bukan tinta,
karena kehidupan tidak pernah dicetak manis.

Biarlah pahit menjadi bahasa
dan laut jadi puisi
sebab hidup yang terlalu manis
sering tak menyisakan makna.

Aku berselingkuh dengan kopi, bukan gula,
saat rindu tak lagi punya tempat pulang.
Seperti peluk kemarin, hangatnya laila
yang sekarang seperti ampas, diam dan hilang.
tersisa aku yang majnun..

Masih ada, tapi tak bisa ku sesap,
seperti kenangan yang larut dalam hitam.
sedikit ingatan, meski tak menutup celah,
di laut dada ini, aku hanyut tanpa karam.

Pomalaa, 20250614
duiCOsta_hatihati 

Comments

Popular Posts