aku, waktu dan rasa

Rindu,
sengaja tak aku obati,
karena disanalah sastra jiwaku terjaga...

Sepi,
mengendap di sudut malam
seperti kabut yang tak mau pergi,
ia menatapku tanpa suara
namun membuat jiwaku gemetar.

Marah,
bukan dentum suara,
tapi luka yang diam-diam membiru
di antara kata-kata yang tak pernah terucap
dan pengertian yang tak pernah sampai.

Diam,
adalah bahasa yang kupilih
saat kata-kata justru melukai,
karena tidak semua nyeri
perlu diberi nama.

Waktu,
tak pernah mau menoleh,
ia terus melaju
sementara aku masih di tempat yang sama
menunggu sesuatu yang tak lagi kembali.

Kenangan dalam kening,
kadang datang tanpa diundang,
mengetuk-ngetuk pelan
seperti zikir yang nyasar
ke ruang paling sunyi dalam kepala.

Doa,
kupintal dengan air mata,
bukan sekadar permohonan,
tapi jeritan hati
yang ingin tetap hidup meski kehilangan.

Aku,
serpihan rasa yang belum sempat utuh,
berjalan di lorong-lorong gelap
berbekal sepi, marah, diam, waktu, dan kenangan
tak selalu tahu ke mana arah,
namun masih menggenggam doa
sebagai sisa harapan
yang belum kubiarkan mati.

Pomalaa, 20250618
duiCOsta_hatihati 

Comments

Popular Posts