lelaki dan iklim batu

Ia lahir bukan dari pelukan,
tapi dari hantaman langit ke bumi,
yang menjadikannya tiang,
sementara yang lain jadi atap,
lalu lupa.

Langkahnya sunyi, bukan karena tak ada suara,
tapi karena setiap gema adalah miliknya sendiri.
Ia bersandar pada bayang-bayang,
yang tak pernah menanyakan lelah,
karena lelah pun enggan mampir padanya.

Takdir mencatatnya bukan sebagai nama,
melainkan palu,
yang memukul paku ke nisan orang-orang
yang tidak tahu caranya bertahan
tanpa menangis.

Punggungnya melengkung bukan karena usia,
melainkan karena semesta lebih suka meminjamkan beban
pada mereka yang tidak pandai menolak.
Dan ia,
telah terlalu lama belajar diam.

Pada akhirnya,
tak ada pelukan,
tak ada mata yang menatapnya dengan arti.
Hanya kursi kosong,
angin yang membatu,
dan secangkir doa
yang diseruput sepi sampai ampas.

Aku, dia, tanah ini,
semesta dan juga langit sepakat;
Engkau lelaki, kelak sendiri!!

Pomalaa, 20250621
duiCOsta_hatihati 

Comments

Popular Posts