bukan pada waktu, tapi ayu wajah itu...

masihkah kau seperti dulu?
tangan gemetar
sebelum bersentuh.
mata curi pandang,
lalu menunduk.
angin ikut canggung.
debu malu.

se-renta ini,
aku masih tersipu.
olehmu, Ayu.

rasaku aneh.
puasa kata,
diam panjang.
hanya menunggu
kau lewat,
dan jantungku berlari
tanpa aba-aba.

masihkah kau seperti dulu?
senyum tipis,
lesung pipi
yang tumbuh dari diam.
tenang.
nyaris tak bersuara.

tapi waktu itu,
kau berdiri.
di pinggir lapangan.
wajahmu merah.
dan kau teriak:
“cetaaaak!”
untukku.
untuk aku mencetak gol.
dengan matamu yang percaya,
suaramu membakar udara...

dan aku tahu,
itu cinta
yang tak perlu bisa lagi diam.
dia puasa karena rasa,
dan berbuka karena dendam,
tulus tanpa sadar.

masihkah kau seperti dulu, Ayu?

ataukah sisa-sisa peradaban,
perjalananku yang penuh
asap, kopi dan waktu?

yang tersisa dari rokok
bukan asapnya,
tapi bayang senyummu,
di antara isapan pertama
dan helaan terakhir,
yang menyimpan relung dari lesung mendalam..

yang terkenang dari kopi
bukan pahitnya,
tapi tatapmu sejalan takdir,
yang menggantung
di dasar cangkir.

yang terngiang dari waktu
bukan detak detiknya,
tapi jantung wajahmu sebelum aku lelap,
yang tak selesai kugambar
meski jarum terus berputar.

Pomalaa, 20250525
duiCOsta_hatihati 

Comments

Popular Posts