rindang rindu untukmu

Tuhan,
Aku tahu dia sudah pulang,
ke rumah yang tak bisa lagi kutemukan,
ke pelukan yang takkan pernah kurasakan.
Sejauh ini, aku bertanya kabarnya,
dan aku menjawab sendiri,
berkali-kali,
dengan sepi yang tak jua beranjak pergi.

Tuhan,
ternyata seberat ini hidup tanpanya.
Aku hanya kehilangan cermin,
cermin yang tak pernah memujiku,
tak pernah mengelus kepalaku,
tapi di matanya aku tahu,
ada bangga yang selalu diam-diam bertengger di sana.

Dia tak pernah banyak bicara,
cuek, acuh, seakan tak peduli,
tapi di balik diamnya,
dia menjaga dunia dari jauh,
menopang langit agar tak runtuh,
dan aku berdiri tegap, tanpa pernah tahu,
bahwa kekuatanku adalah dia.

Tuhan,
kini siapa yang akan diam di sudut rumah,
dengan wajah lelah yang tak pernah mengeluh?
Siapa yang akan menunggu di depan pintu,
tanpa kata, tanpa senyum,
tapi aku tahu dia selalu ingin memastikan,
aku pulang dalam keadaan utuh?

Rindu ini menyesakkan dada,
mengoyak kesadaran yang tak mau percaya,
bahwa namanya kini hanya terdengar dalam doa,
bukan lagi dalam panggilan singkat yang berat suaranya.

Aku rindu caranya mencintai dalam sunyi,
dalam acuh yang diam-diam menjaga,
dalam tenang yang menyembunyikan gelisah,
dalam teguh yang tak pernah runtuh.

Tuhan,
ijinkan aku menitipkan kata,
meski hanya dalam bisikan doa.
Bilang padanya,
aku merindukan diamnya,
aku kehilangan tegarnya,
aku hancur tanpa tenangnya.

Dan jika suatu saat aku lupa caranya kuat,
ingatkan aku,
bahwa darahnya mengalir dalam nadiku,
bahwa aku adalah warisan keteguhan jiwanya.
Tuhan,
jaga dia,
sebagaimana dia menjagaku,
tanpa suara,
tanpa keluh,
tanpa kata.

Yogyakarta, 20250216
duiCOsta_hatihati 

Comments

Popular Posts