Hatihati di Jalan Kurukshetra

“Tidak ada jalan menuju kebahagiaan, kebahagiaan adalah jalan.” — Buddha

“Kenali dirimu sendiri, maka kau akan mengetahui alam semesta dan Tuhan.” — Socrates

“Kehidupan adalah perjalanan yang harus dimulai dengan perjalanan batin.” — Rumi

Di persimpangan jalan ini, di Kurukshetra yang abadi, engkau, aku, kita, berjalan menapaki takdir yang telah dituliskan di angkasa, berkelindan dalam alur nasib yang tak terhindarkan. Dalam perjalanan hidup yang penuh dengan pertempuran batin, layaknya peperangan besar di Kurukshetra, kita diuji oleh godaan-godaan duniawi, oleh keserakahan, kebodohan, dan kebingungannya pikiran.

Di sinilah pentingnya menjaga hati, hati-hati di jalan. Kata-kata ini bukan sekadar peringatan, tetapi ajaran dari kearifan zaman kuno yang telah melintasi ribuan tahun. Tak hanya dari ajaran-ajaran Stoisisme para filsuf Yunani, yang mengajarkan kita untuk tetap tenang, menjaga ketenangan jiwa meski badai datang menghantam, tetapi juga dari ajaran Brahman yang abadi, dari kebijaksanaan Sansekerta yang mengingatkan kita tentang Atman, bahwa inti dari setiap pencarian adalah kembali kepada diri yang sejati.

Lihatlah, di jalan yang penuh dengan maya ini, segala yang tampak tidak selalu seperti yang sebenarnya. Begitu banyak yang mencarikan kebahagiaan melalui pencapaian duniawi yang sifatnya sementara, tetapi mengabaikan kehendak Dharma yang lebih tinggi. Dharma yang mengingatkan kita bahwa jalan yang sesungguhnya adalah jalan yang membawa kita kepada pemahaman sejati, kepada penerimaan akan segala keterbatasan, dan pada akhirnya, pada kesadaran bahwa kita adalah bagian dari Yang Maha Esa, Yang Tak Terlihat.

Sungguh, wahai jiwa yang lelah, kebahagiaanmu bukan di luar sana, tapi dalam dirimu yang tenang, yang tahu menerima. Jangan cari lebih banyak, karena di dalam kesederhanaan terdapat kekayaan yang tak terhingga.

“Jika Anda ingin mengetahui siapa diri Anda, jangan mencari lebih jauh. Cobalah melihat dengan jelas dalam diri Anda.” - Socrates

Namun jangan salah, wahai diri yang penuh keraguan, jangan biarkan Ego yang menjadi penuntunmu. Dalam riuhnya kehidupan ini, berhati-hatilah agar tidak terjerat dalam ilusi dunia, yang seperti kata-kata bijak Socrates, "Tidak ada yang lebih baik daripada mengetahui bahwa kita tidak tahu apa-apa." Ketahuilah bahwa kebenaran, seperti Satyam, akan menyinari jalanmu hanya jika engkau mampu menyingkirkan debu avidya, kebodohan, yang menyelubungi pemahamanmu.

Aku menanyakan pada hatiku, apa yang sebenarnya kau cari? Bukankah keheningan itu kemewahan, dan penerimaan itu kebebasan yang tak ternilai harganya?.

“Sebenarnya, hidup itu bukan untuk ditemukan, tapi untuk dimengerti.” - Rumi

Lalu, apa yang harus kita lakukan dalam perjalanan ini? Jalan Kurukshetra ini? Penuhilah hatimu dengan ketulusan dan kebijaksanaan, seperti Prana yang mengalir dalam tubuh. Biarkanlah ketenangan, bukan hasrat duniawi, yang menjadi pengendali langkahmu. Dengarkan suara dalam dirimu, yang tak berbicara dengan kata-kata, namun penuh dengan makna. Karena sesungguhnya, yang kita cari adalah diri kita sendiri, dan yang kita rindukan adalah kembali kepada Sang Maha Pencipta.

Cukup sudah pencarian ini, kini saatnya untuk beristirahat dalam penerimaan, dalam kemewahan hidup yang ada, tanpa keinginan, kecuali rindu kepada-Nya.

“Seseorang yang mencari Tuhan di luar dirinya hanya akan menemui dirinya sendiri dalam kebingungannya.” - Al-Ghazali

Berhati-hatilah, jangan sampai kita terlena oleh godaan maya, jangan sampai kita terjebak dalam pertempuran tanpa akhir, dan jangan sampai kita melupakan jalan yang sebenarnya, yang selalu ada dalam hati kita. Di sinilah tempatnya, di jalan yang penuh dengan kebijakan dan kerendahan hati, yang mengarah pada kesadaran tertinggi.

Kembalilah kepada diri, wahai jiwa yang berkelana, temui Tuhanmu dalam setiap langkahmu. Dalam kesunyian, dalam keheningan, kau akan menemukan jawaban yang selama ini kau cari. Kurukshetra adalah perjalanan batin yang tak ternilai harganya, sebuah perjalanan menuju moksha, menuju kebebasan sejati, menuju tahapan tertinggi, di mana tidak ada lagi perbedaan antara diri dan Tuhan, antara aku dan Yang Maha Kuasa.

Dan ketika rindu itu datang, bukan hanya pada dunia, tetapi pada-Nya yang abadi, maka kita telah menemukan tujuan sejati kita.

“Ketika rindu itu mengalir, maka tak ada lagi yang perlu dicari, sebab engkau telah kembali kepada diri yang sejati.” - Jalaluddin Rumi

Hatihati di jalan, agar kau tidak tersesat, dan agar rindu Tuhan yang sejati selalu menemanimu.

Dengan penuh keyakinan, engkau akan tiba. Tidak ada yang terlewat, tidak ada yang sia-sia. Semua jalan yang kita tempuh mengarah pada titik yang satu: kembali kepada Sang Pencipta, di mana segala rindu, segala pencarian, akhirnya bersatu dalam kedamaian yang sempurna. Berjalanlah dengan hati yang tenang, dengan penerimaan yang tulus, karena sesungguhnya, perjalanan ini adalah perjalanan menuju diri kita yang sejati.
Dan pada akhirnya, ingatlah selalu: "Carilah dirimu dengan berhenti mencari jalan keluar. Carilah jalan masuk, dan maka semuanya akan kelar." Dalam keheningan pencarian itu, dalam rasa rindu yang tiada henti, akan kau temui bahwa jalan itu tidak pernah jauh. Ia ada dalam setiap detik hidupmu, dalam setiap tarikan napasmu yang tenang. Ketika engkau berhenti melawan, engkau akan menemukan apa yang selama ini kau cari—dan perjalananmu akan selesai dengan kedamaian yang sempurna.

"Janganlah mencari jalan keluar, sebab jalan keluar adalah jalan masuk ke dalam diri sendiri, ke dalam kesunyian hati yang tulus.” - Lao Tzu

Yogyakarta, 20250210
duiCOsta_hatihati 

Comments

Popular Posts