bukan malaikat jahat, bukan iblis manis
Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia dan sesama yang lain.
Lalu, kenapa kamu marah dan kecewa ketika dimanfaatkan?
bukankah itu adalah jalan yang terbuka untuk mengakomodir kebermanfaatanmu kepada semesta?
Apakah karena kamu menginginkan timbal balik dalam perkara ini?
jual beli dong?
Ataukah karena kamu masih menyisakan kepentingan ke-akuan dalam memberi manfaat?
kesombongan dong?
Atau justru karena kamu masih melihat?
keakuan dong?
Masih merasa, masih mendengar, masih menyimpan jejak luka dalam kebaikan yang kau beri?
dendam dong?
Dan apakah karena kamu masih butuh nafkah untuk indera-indera jasadmu?
Sehingga memberi terasa seperti kehilangan, dan kebaikan terasa seperti pengorbanan?
Jika benar-benar lebur dalam memberi, lalu apa yang masih kau genggam?
Jika sungguh ikhlas, kenapa masih ada kecewa?
dimana letak hilangmu tiada jika kau masih mengada-ada?
dimana letak lebur menyatumu jika kau masih mengaku-Aku?
Marah dan kecewa saat dimanfaatkan—mungkin karena tanpa sadar kau masih berharap balas budi. Jika benar ikhlas, seharusnya tak ada yang ditagih.
Ataukah karena ego masih berbisik, menginginkan pengakuan, penghargaan, atau sekadar tidak disalahgunakan? Jika benar-benar melebur dalam memberi, lalu untuk apa merasa dirugikan?
Atau mungkin, kau masih melihat, masih merasa, masih mendengar—terluka oleh perlakuan dunia yang tak selalu adil. Padahal, keikhlasan sejati tak butuh saksi.
Ataukah jasadmu masih menuntut nafkahnya? Hingga memberi terasa seperti kehilangan, dan kebaikan terasa seperti beban? Jika demikian, di mana batas antara memberi dan mengorbankan diri?
tapi gak papa,
kita sama-sama belajar,
atau aku saja yang belajar karena kau sudah lulus...
terima kasih perjalananku sendiri
yang berat tapi hebat
yang sakti karena mati
terima kasih...
matur nuwun..
Pomalaa, 20250322
duiCOsta_hatihati
Comments
Post a Comment