Tentang Bait Itu, sayang

Sibuknya aku menguntai simpul tak bertali
Harus berkhianat pada kelayakan yang katanya lazim
Jujur saja, aku senantiasa berkutat selalu
Dengan ilusiku yang terbawa sejak lahir
Dari sebuah perjanjian didalam rahim bunda
Sampai kudengar bahasa manusiawi sebagai pembenaran

Kastaku mungkin juhala dizaman jenius yang bodoh
Dari tiap kelana malam mencari kayu bakar
Di ranah belantara hidup sesama yang kuarungi

Laksana pohon, aku adalah hama setidaknya benalu
Dari sekelompok petani tanpa tujuan melihatnya
Yang terasing dari kawanan kebanyakan
Selalu punyai asa tentang akar-akarku
Berpori manis atau sekedarnya tawar
Demi sebelum hujan datang
Biar...seketika ku serap dia dan terolah
Di bejanaku yang sudah manis
Sebelum akhirnya kubagi kepada khalayak
Demikian pula ilmu itu sebelum datang padaku
Sebelum kukenakan biar dia bersengketa terus
Dengan sang iman yang terkesan tak masuk akal

Sudah kubilang...
Tak semua jariku terlipat menghitung kalian
Segelintir temanku yang tak lebih dari jari-jari
Mungkin sebanyak hanya sejumlah hari

Asaku juga sederhana
Dimusim surut kalian yang jauh dan tak seberapa
Saat itulah aku menanti tulus sapa kalian
Sampaikan sebait do'a yang selama ini kutimang-timang
Karena itulah hal terbesar yang bisa kubuat
Untuk kalian yang aku tak peduli itu siapa

Dan demi musim pasang tiba
Kalian berlayar entah kemana tanpa harus berkabar
Tak apa kawan,
Cukup aku dengar dari angin senja itu
Kalian baik-baik saja disana

Aku tak butuh merubah dunia
Itu terlalu mengada-ngada
Cukuplah tatkala musim surut di masa selanjutnya
Ketika lorong jalan mulai gelap dan berdebu
Kalian singgahlah sejenak ke peraduanku lagi
Menyapaku dalam kisah kalian
Karena masa itulah yang selama ini setia kutunggu
Untuk kalian berteduh di bawah daunku yang tak rimbun
Sampai kalian temui cahaya
Atau menunggu cahaya itu bergaris antara tirai-tirai
Dan musim pasang datang lagi
Berlabuh di dermaga mengajakmu kembali berlayar
Berbekal sebungkus bait dari persembunyian do'a-do'aku

Karena kalian layak berbahagia
Kalian harus berbahagia di belatara kehidupan
Sebelum akhir dari perjanjian itu datang
Dan sebelum kalian pulang yang sebenarnya
Teman, kawan, lawan, sahabat, pecundang, saudara dan semua...

Yogyakarta, 23 Januari 2016
Satu butir lagi genap sepertiga anak tasbih usiaku

Komentar

Postingan Populer