romantisme aku dan temba-kau
selain hujan yang jatuh bertubi-tubi, di rindukan semesta hati, lalu di tinggal pergi, berteduh karena beberapa petir, gemuruh langit dan deras yang di hindari... kamu egois, jika berharap di peluk hujan, tanpa keluarga yang menyertai... sama seperti pertanyaanku sendiri... adakah yang lebih romantis dari, persebutuhan hati dengan halimun serinthil... dia rela membakar jati, mengasap di hayati sedangkan aku, rela bunuh diri dalam irama takdir, menerima dan tak peduli... aku dan linting tembakau, se-romantis itu aku dan kamu, kau rela terbakar untukku aku rela mati untukmu... lalu kupanggil sunyi dengan suara yang tak lahir, kukirim nyawaku dalam amplop bersampul malam, mencari siapa yang masih setia mendengar bisikan-bisikan yang tak ingin diselamatkan. mereka bilang: hidup adalah api, tapi kenapa aku jadi asap? mereka bilang: cinta itu air, tapi kenapa aku tenggelam dalam pasir? kau tahu... tak semua hujan jatuh untuk menyuburkan, sebagian lahir hanya untuk meru...