abadi tiada, sama saja

dosa-dosa mengendap di balik senyum,
seperti pisau perak yang mengalirkan cahaya palsu.
dalam sarkas hati yang tak kunjung retak,
cinta berbicara dengan lidah bercabang.

majas nafsu majas sunyi yang bersayap,
berbisik dalam kabut di antara doa dan dendam,
menggoda logika, menari di altar nilai,
menyulam luka menjadi jubah pujangga.

kecenderungan pergi pulang,
adalah ritual para peragu,
berjalan dalam lingkar
antara takdir dan kehendak yang diseret waktu.

tuan dan tuhan, 
dua wajah dalam satu cermin,
saling memantul di istana keinginan,
berperang dalam bisu tentang makna kekuasaan,
saat keimanan menjadi dagangan,
dan keraguan menjadi agama.

rias alis di wajah pintar,
bias licik menyamar,
tak lagi berbeda di ranah tafsir,
ketika nalar dijadikan alat, bukan cahaya,
dan kebijaksanaan dibungkus dalam diplomasi ketakutan.

lalu kita tiba di ujung pertanyaan,
saat semua dikuliti, ditelanjangi, dilenyapkan...
hanya satu yang tak bisa dipenggal oleh waktu,
kusampaikan dalam satir kata,
aku setubuhi sampai puncak,
tanpa klimaks..

Yang abadi adalah ketidakabadian itu sendiri.

Pomalaa, 20250707
duiCOsta_hatihati 

Comments

Popular Posts