Mesra sholat...

BANGBANGWETAN.ORG

Bermesraan dengan Allah SWT dalam Sholat

HOME RUBRIK  KOLOM JAMAAH BERMESRAAN DENGAN ALLAH SWT DALAM SHOLAT

 LUKMAN FEBRIANTO KOLOM JAMAAH 9 DECEMBER 2017

Oleh: Lukman Febrianto

 

Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan

Mahaagung Ia yang mustahil menganugerahkan keburukan

Apakah yang menyelubungi kehidupan ini selain cahaya
Kegelapan hanyalah ketika taburan cahaya tak diterima

Kecuali kesucian tidaklah Tuhan berikan kepada kita
Kotoran adalah kesucian yang hakikatnya tak dipelihara

Katakan kepadaku adakah neraka itu kufur dan durhaka
Sedang bagi keadilan hukum ia menyediakan dirinya

Ke mana pun memandang yang tampak ialah kebenaran
Kebatilan hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang

Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan
Suapi ia makanan agar tak lapar dan berwajah keburukan

Tuhan kekasihku tak mengajari apa pun kecuali cinta
Kebencian tak ada kecuali cinta kau lukai hatinya

1988
Emha Ainun Nadjib

Puisi berjudul “Tahajjud Cintaku” di atas, menurut penulis adalah salah satu ungkapan kemesraan yang sangat indah antara seorang hamba dengan Tuhannya. Mungkinkah muncul suatu kemesraan, ketika tidak ada cinta?…

Sholat dan Cinta Allah SWT kepada Hamba

Maiyah mengajarkan kita tentang Segitiga Cinta Maiyah antara Allah-Rasulullaah-Hamba, dimana Allah SWT ada di puncak segitiga, Rasulullah Muhammad SAW berada di sudut kiri dan semua makhluk sebagai hamba ada di sudut kanan. Secara umum, segitiga ini menggambarkan bagaimana kecintaan Allah SWT kepada Rasulullah Muhammad SAW dan semua makhluk, sehingga Allah SWT selalu membersamai semuanya. Relasi cinta ini terjadi secara timbal balik, antara Rasulullah SAW dengan Allah SWT dan hamba, juga antara hamba dengan Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Salah satu ibadah mahdah yang termasuk dalam Rukun Islam, yakni Sholat, adalah bentuk yang sangat nyata dari keberadaan segitiga cinta ini.

Ketika kita mau mengamati, memahami dan terus-menerus melatih kesadaran untuk merasakan dan meresapi makna dari bacaan-bacaan sholat pada saat melakukan sholat, minimal sholat 5 waktu, tampak jelaslah di sana, betapa tiada terkiranya cinta dan kasih sayang Allah SWT kepada siapapun yang bersujud kepada-Nya. Sangat detil dan lengkap do’a-do’a yang dipanjatkan kepada Allah SWT pada saat sholat ini, sehingga tanpa perlu berdo’a lagi di luar sholat pun, semua hajat atau keperluan manusia sudah terwakili di dalamnya. Allah SWT, Sang Maha Kuasa dan tak membutuhkan apa-apa ini, yang mengajarkan dan memperkenankan manusia memanjatkan do’a-do’a ini dan pasti mengabulkannya. Bila bukan karena cinta-Nya, lalu karena apa?…

Menurut Cak Fuad (Ahmad Fuad Efffendi), salah satu guru kita di Maiyah, makna berdo’a adalah menyapa. Dalam keseharian, sapaan merupakan sebuah bentuk penghormatan atau penghargaan kepada orang yang sudah kita kenal maupun yang belum dikenal. Sapaan dapat digunakan untuk membuka komunikasi antara sesama manusia atau sekurang-kurangnya menarik perhatian yang disapa kepada yang menyapa. Ketika kita rutin berdo’a atau menyapa Allah SWT, akankah Allah SWT tak memperhatikan kita?…

Khusyu’ sebagai Tanda Kemesraan

Perintah sholat 5 waktu baru diberikan oleh Allah SWT kepada Rasulullaah Muhammad SAW setelah Beliau di Isra’ Mi’rajkan oleh Allah SWT. Apakah sebelum itu belum ada ibadah sholat? Bila mencermati sejarahnya, sebelum Rasulullah SAW menghadap Allah SWT di Sidratul Muntaha, Beliau sempat memimpin sholat jama’ah bersama para Nabi dan Rasul sebelum Beliau serta para Malaikat, yang artinya sudah ada praktik ibadah sholat sebelumnya, namun bentuknya berbeda dengan sholat 5 waktu.

Mengapa 5 waktu? Informasi yang sering kita dengar adalah karena ada semacam tawar-menawar antara Rasulullah SAW dengan Allah SWT mengenai jumlah sholat wajib ini, atas saran Nabi Musa as. Penulis adalah salah satu yang meyakini bahwa kisah tawar-menawar jumlah sholat ini adalah salah satu kisah-kisah Israiliyah (dongeng dari Bani Israil) yang mendiskreditkan Rasulullaah SAW. Pernahkah dalam sepanjang hidupnya, sang kekasih Allah SWT ini tidak tunduk dan patuh atas apapun yang diperintahkan Allah SWT kepada Beliau? Allah SWT pasti telah mengukur dan menakar kebutuhan sholat bagi umat Nabi Muhammad SAW, sehingga mewajibkannya hanya 5 waktu dalam sehari semalam.

Dalam 24 jam waktu yang diberikan kepada setiap manusia untuk melakukan berbagai aktifitasnya, Allah memberikan minimal 5 kali kesempatan untuk menyapa-Nya dalam sholat. Sebagaimana perjumpaan dengan sang kekasih, khusyu’ adalah sebuah kondisi ketika kita menyadari bahwa tidak ada yang lain selain diri ini dan sang kekasih. Dan ketika makin intens komunikasi yang terjalin melalui do’a-do’a bacaan sholat maupun ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan, makin tenggelam keberadaan diri dalam kasih sayang-Nya, sehingga yang ada hanya Allah SWT. Khusyu’ menjadi indikator, seberapa terhubung, dekat dan mesranya seorang hamba dengan Sang Maha Penciptanya.

Semoga kita semua dapat merasakan kemesraan itu dan selalu membutuhkannya…

 

Penulis adalah Jamaah Maiyah BangbangWetan, berkecimpung dalam bidang desain grafis, bisa disapa di Facebook: Lukman Febrianto

 

Powered by Kahuna & WordPress.

©2018 BANGBANGWETAN.ORG

Komentar

Postingan Populer