Mbah Tedjo
Tak ada lagi airmata yang dapat kau timba, Kekasih, karena sungguh rinduku padamu kini telah menyumur tanpa dasar
Rindu dikalikan jarak sama dengan aku.
Jangan terkecoh, Kekasih, gerimis sesungguhnya membakar bila apinya tak disembunyikan oleh rasa kangenku
Yang paling sanggup menerjemahkan cinta hanyalah penantian, Kekasih
Pada puncak kangenku, Kekasih, airmataku mengembun di bintang-bintang
Met malam, Kekasih, tunda tidurmu sampai lewat tukang putu dengan suara mirip rinduku
Sunyi adalah setiap jalan yang kau susuri sendiri bersama kenangan
Knp aku suka senja? Krn negeri ini kebanyakan pagi, kekurangan senja, kebanyakan gairah, kurang perenungan --- reminder
Ketika tak ketika tak, kata-kata tak kita ketikkan tak kita titikkan: Kata-kata ketakutan
Kekasih, bagaimana dapat kita satukan tawa sebelum kamu adalah bagian yang sah dari tangisku ..
Bukan gemericik pancuran di sendang, Kekasih, modyar rinduku padamu airterjun tak bersuara ..
hanya gerai rambutmu yang kubiarkan menjadi tirai dariku ke langit senja
Bendera paling membangkitkan adalah kibar rambutmu di atas bukit, yang bersedekap menantiku sepanjang musim
Keganjilan ini, Kekasih, aneh sekali..Aneh sekali bilangan ganjil. Dibilang genap tak kau tangisi. Diganjal tawa masih kuburan .
Tinggimu rendah, besarmu kecil," tandas Arjuna kepada setiap rintangan, Kekasih
Tak bisa kukenang rembulan gerimis di lereng Merapi itu, Kekasih, tanpa kukenang airmatamu melereng pipiku
Engkau kopi puncak malamku, Kekasih, pahit dan kelam tanpa kusedu ..
Gerimis dimana pun sama, Kekasih, mereka bertubi-tubi seperti kenanganku akan tangismu
Lebih sunyi dari kepak sayap capung di tanah rantau, Kekasih, rinduku padamu mengembara ke bintang-bintang
Pualam yang terbit di keningmu masih sedingin nisan, Kekasih. Bahkan cintaku pun tak sanggup menghidupkan kembali tangismu
Cahayakah, kegelapankah, yang merupa wajahmu, Kekasih. Kau tak menjawab, hanya membiarkan terang dan bayang mengukir parasmu
Comments
Post a Comment