Abadinya Ketidak abadian
Pagi...
Embun menyapa rerumputan
Selimuti ari bumi setelah gelapnya
Beranjak siang mentari melambai senyum
Hangatkan hidup sekalian alam
Sore dan senja
Melanjutkan perjalanan pagi dan sepenggalah siangnya
Mengantar pada gerbang maghrib sebelum malamnya
Dan sungguh...
Aku tak tau sehangat apa malam ini
Bahkan jurai-jurai langit enggan bercahaya
Ternyata... Angin mengabarkan
Hujan akan datang sesaat lagi
Disapa kilat sambar memekik
Bressss...
Hujanpun datang menyapa..
Samarkan debu di awang kembali ke bumi
Betapa antiklimaks
Sepanjang perjalan mentari
Cerah berbayang sampai condongnya
Bulan tak muncul sebagaimana cenderungnya
Begitulah...
Nyatanya tak ada yang benar-benar berporos
Musim saja mulai datang diwaktu yang mungkin salah
Meski itu adalah hak tuhan
Sampai pada satu kesimpulan
Perempuan..
Ya...perempuanku sayang...
Berharap kita tua bersama
Mengikuti apa saja yang tuhan sandingkan
Dalam perjalanan hidup
Yang kadang pekat kadang terang benderang
Ini dunia...
Dimana tidak ada keabadian disini
Karena yang abadi hamyalah ketidak abadian itu sendiru....
DuiCosta,
20170522
Comments
Post a Comment