Pranoto Mongso

Pada tahun 1855 M, karena penanggalan bulan dianggap tidak memadai sebagai patokan para petani untuk bertanam, maka bulan-bulan musim atau bulan-bulan matahari yang disebut sebagai pranata mangsa diperbaharui oleh Sri Paduka Mangkunegara IV.
Penanggalan yang telah diperbaharui tersebut ditetapkan secara resmi dengan nama-nama Pranata Mangsa tersebut sebagai berikut :

Kasa, mulai 22 Juni, berusia 41 hari.
Para petani membakar dami yang tertinggal di sawah dan di masa ini dimulai menanam palawija, sejenis belalang masuk ke tanah, daun-daunan berjatuhan.
Penampakannya/ibaratnya : lir sotya (dedaunan) murca saka ngembanan (kayu-kayuan).

Karo, mulai 2 Agustus, berusia 23 hari.
Palawija mulai tumbuh, pohon randu dan mangga, tanah mulai retak/berlubang.
Penampakannya/ibaratnya : bantala (tanah) rengka (retak). Musim kapok bertunas tanam palawija kedua.

Katiga, mulai 25 Agustus, berusia 24 hari.
Musimnya/waktunya lahan tidak ditanami, sebab panas sekali, yang mana Palawija mulai di panen, berbagai jenis bambu tumbuh.
Penampakannya/ibaratnya : suta (anak) manut ing Bapa (lanjaran).
Musim ubi-ubian bertunas panen palawija.

Kapat, mulai 19 September, berusia 25 hari.
Sawah tidak ada (jarang) tanaman, sebab musim kemarau, para petani mulai menggarap sawah untuk ditanami padi gaga, pohon kapuk mulai berbuah, burung-burung kecil mulai bertelur.
Penampakannya/ibaratnya : waspa kumembeng jroning kalbu (sumber).
Musim sumur kering, kapuk berbuah, tanam pisang.
Pada masa ini kemarau berakhir.

Kalima, mulai 14 Oktober, berusia 27 hari.
Mulai ada hujan, selokan sawah diperbaiki dan membuat tempat mengalir air di pinggir sawah, mulai menyebar padi gaga, pohon asem mulai tumbuh daun muda, ulat-ulat mulai keluar.
Penampakannya/ibaratnya : pancuran (hujan) emas sumawur (hujannya) ing jagad. Musim turun hujan, pohon asam bertunas, pohon kunyit berdaun muda.

Kanem, mulai 10 Nopember, berusia 43 hari.
Para petani mulai menyebar bibit tanaman padi di pembenihan, banyak buah-buahan (durian, rambutan, manggis dan lain-lainnya), burung blibis mulai kelihatan di tempat-tempat berair.
Penampakannya/ibaratnya : rasa mulya kasucian (sedang banyak-banyaknya buah-buahan).
Musim buah-buahan mulai tua, mulai menggarap sawah

Kapitu, mulai 23 Desmber, usianya 43 hari.
Benih padi mulai ditanam di sawah, banyak hujan, banyak sungai yang banjir.
Penampakannya/ibaratnya : wisa kentar ing ing maruta (bisa larut dengan angin, itu masanya banyak penyakit).
Musim banjir, badai longsor mulai tandur.

Kawolu, mulai 4 Pebruari, usianya 26 hari, atau 4 tahun sekali 27 hari.
Padi mulai hijau, uret mulai banyak.
Penampakannya/ibaratnya : anjrah jroning kayun (merata dalam keinginan, musimnya kucing kawin).
Musim padi beristirahat, banyak ulat, banyak penyakit.

Kasanga, mulai 1 Maret, usianya 25 hari.
Padi mulai berkembang dan sebagian sudah berbuah, jangkrik mulai muncul, kucing mulai kawin, cenggeret mulai bersuara.
Penampakannya/ibaratnya : wedaring wacara mulya (binatang tanah dan pohon mulai bersuara).
Musim padi berbunga, turaes (sebangsa serangga) ramai berbunyi.

Kasepuluh, mulai 26 Maret, usianya 24 hari.
Padi mulai menguning, mulai panen, banyak hewan hamil, burung-burung kecil mulai menetas telurnya.
Penampakannya/ibaratnya : gedong minep jroning kalbu (masa hewan sedang hamil).
Musim padi berisi tapi masih hijau, burung-burung membuat sarang, tanam palawija di lahan kering.

Desta, mulai 19 April, berusia 23 hari.
Seluruhnya memanen padi.
Penampakannya/ibaratnya: sotya (anak burung) sinara wedi (disuapi makanan).
Masih ada waktu untuk palawija, burung-burung menyuapi anaknya.

Sadha, mulai 12 Mei, berusia 41 hari.
Para petani mulai menjemur padi dan memasukkan ke lumbung.
Di sawah hanya tersisa dami.
Penampakannya/ibaratnya : tirta (keringat) sah saking sasana (badan) (air pergi darisumbernya, masa ini musim dingin, jarang orang berkeringat, sebab sangat dingin).
Musim menumpuk jerami, tanda-tanda udara dingin pada pagi hari.

Dari Pranata Mangsa itu diketahui bahwa pada bulan Desember-Januari-Pebruari adalah musimnya badai, hujan, banjir dan longsor.
Mendekati kecocokan dengan situasi alam sekarang dan jadwal itu sesuai dengan perubahan iklim yang telah disepakati bersama.

Selanjutnya pada musim Kawolu antara 2/3 Pebruari – 1/2 Maret, bersiap-siaga waspada menghadapi penyakit tanaman maupun wabah bagi manusia dan hewan, mungkin akibat dari banjir, badai dan longsor tersebut akan berdampak menyebarnya penyakit dan kelaparan.
Hal tersebut masuk akal, karena manusia atau binatang bahkan tanaman pun belum siap mempertahankan diri dari serangan hama penyakit.

Kaitannya dengan para nelayan, mereka melaut sambil membaca alam dengan melihat letak bintang yang dianggap patokan yang selalu menemani saat melaut.

Sudah tentu mereka mengetahui pada bulan-bulan berapa mereka saat yang baik melaut dan akan mendapatkan ikan banyak.
Sebaliknya mereka mengetahui saat-saat tidak melaut, berbahaya dan tidak akan menghasilkan apa-apa.
Pada saat-saat itulah mereka gunakan waktu untuk memperbaiki jaring-jaring yang rusak, memperbaiki rumah dan pekerjaan selain melaut, sehingga mereka dapat mengurangi risiko dan mencegah biaya produksi tinggi.

Komentar

Postingan Populer